Wikipedia

Hasil penelusuran

Sabtu, 14 November 2020

Diagnosa Multiaksial

Diagnosa Klinis

Pada proses diagnosa klinis, selalu melalui sebuah proses sebagai berikut yaitu:

1. Anamnesis

Pada anamnesis ini kita menuliskan hal-hal yang menjadi alasan datang seorang klien, riwayat gangguan sekarang dan dahulu, riwayat perkembangan diri, latar belakang sosial, keluarga, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, dll.

2. Pemeriksaan

Dilakukannya pemeriksaan lebih lanjut mengenai fisik dan juga status mental klien, melalui test-test yang dapat dilakukan baik melalui laboratorium, evaluasi psikologik, ataupun test-test lainnya.

3. Diagnosis

Hasil dari Anamnesis dan Pemeriksaan kita ubah menjadi 5 Aksis, dimana aksis-aksis tersebut adalah sebagai berikut.

 - Aksis 1 : Gangguan Klinis

 - Aksis 2 : Gangguan Kepribadian

 - Aksis 3 : Kondisi Medik

 - Aksis 4 : Psiko-sosial

 - Aksis 5 : Taraf Fungi (GAF Scale)

4. Terapi

Penggunaan terapi-terapi, seperti farmakoterapi, psikoterapi, terapi sosial, dll yang sesuai dengan diagnosa.

5. Tindak Lanjut

Evaluasi-evaluasi dari hasil terapi dan juga diagnosa.


Diagnosa Multiaksial

Sesuai yang kita lihat diatas bahwa sebenernya Diagnosa multiaksial ini merupakan bagian dari proses diagnosa klinis atau diagnosa gangguan jiwa, dimana hasil dari anamnesis dan juga pemeriksaan digabung untuk membuat sebuah diagnosa yang lebih padat, rinci dah lebih mudah untuk dicermat.

Aksis 1 : Gangguan Klinis

Pada aksis satu ini bila kita masuk ke dalam bukunya PPDGJ kita dapat melihat bahwa Aksis 1 ini mencakup hampir keseluruhan Gangguan dari F00-F99 (dengan pengecualian pada F60-F61.1 dan F70-F79) dan juga beberapa kondisi lain yang menjadi fokus perhatian klinis. Jadi ketika kita akan memilih gangguan klinis yang sesuai dengan klien harus dilihat terlebih dahulu dari awal hingga akhir dikarenakan adanya sebuah hierarki dalam "F" tersebut dimana  dapat dipastikan setelah kemungkinan kepastian diagnosis/diagnosis banding dalam "F" lain diatasnya dapat ditiadakan secara pasti. Walau sebenarnya ini berkaitan juga dengan Aksis 2, namun F dalam Aksis 1 itu lebih banyak dari Aksis 2 maka ketelitiannya harus lebih pada Aksis ini. Untuk secara detailnya tiap F itu berisi apa dapat dicek dalam buku PPDGJ.



Aksis 2 : Gangguan Kepribadian

Pada Aksis 2 ini cara diagnosanya tidaklah terlalu berbeda dari Aksis 1, perbedaannya hanya pada gangguan yang digunakan dalam PPDGJ, yaitu pada F60-F61.1 dan F70-F79.


Aksis 3 : Kondisi Medik
Penulisan Pada Aksis ini memang yang paling membingungkan, tetapi paling mudahnya adalah isi dari Aksis 3 ini hanyalah kondisi medis yang dimiliki oleh seorang klien. Kondisi medis ini bisa mencakup penyakit-penyakit yang pernah dialami, penyakit turunan dari orang tua ataupun kakek-nenek, ataupun penyakit lainnya yang berkaitan dengan fisik klien.



Aksis 4 : Psiko-sosial
Berbeda dengan aksis 3 yang mengarah pada kondisi-kondisi medis, aksis 4 ini mengarah ke pemasukan masalah-masalah yang dialami seorang klien kedalam beberapa bagian. Bagian tersebut adalah :

Harus diingat pula bahwa ini merupakan pemasukan masalah-masalah kedalam bagiannya masing-masing, jadi bila seorang klien ternyata memiliki masalah dengan keluarga atau ayah dan ibu dimasukannya kedalam "primary support group", bila masalahnya mengarah ke perpindahan rumah dikarenakan ayah ibu, ini masuknya kedalam masalah perumahan.


Aksis 5 : Taraf Fungsi (GAF Scale)
Aksis ini merupakan hal yang paling utama dalam bagaimana klien dapat terbantu atau tidak dan juga menjadi sebuah ingatan atau notes untuk konseli atau terapis selanjutnya dalam penanganan klien tersebut, sehingga dalam menulis taraf fungsi ini harus disesuaikan dengan kenyataan tentang bagaimana klien tersebut menangani masalah dan juga mungkinkah klien tersebut masih dapat terselamatkan. Taraf fungsi ini menggunakan scala 100-0, dimana 100 merupakan paling normal atau aman hingga 1 itu susah untuk diselamatkan dan 0 informasi yang ada dalam anamnesa tidak cukup untuk membuat kemungkinan taraf fungsi.



Daftar Pustaka :
1. Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosa Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bedah Film "Still Alice" untuk psikopatologi lansia

Sinopsis Film "Still Alice"