Wikipedia

Hasil penelusuran

Senin, 26 Oktober 2020

Psikologi Abnormal dari berbagai Perspektif

Berikut kita akan mencoba memahami mengenai perilaku abnormal menurut empat persepktif, yaitu Perspektif Psikoanalisa, Perspektif Behavioristik, Perspektif Humanistik dan Perspektif Kognitif.


Perspektif Psikoanalisa :

Dari perspektif ini terdapat dua teori besar atau yang paling utama, yaitu teori yang dimiliki oleh Freud dan juga milik Erikson.

Freud memiliki 3 teori, yaitu mengenai struktur kepribadian, mekanisme pertahanan diri dan psikoseksual.



Pada teori struktur kepribadian menurut freud, kepribadian tersebut terbagi menjadi 3, yaitu Id, Ego, dan Superego. Id merupakan sebuah struktur kepribadian yang mengarah pada instink. Superego merupakan struktur kepribadian yang menahan instink dari berperilaku diluar batas. Sedangkan Ego merupakan penengah diantara Id dan Superego agar dapat mencapai sebuah keputusan yang sesuai.

Bila Ego tersebut tidak berhasil mencapai sebuah keputusan yang menengahi diantara Id dan Superego akan memunculkan sebuah gesekan. Agar dapat menyelesaikan gesekan tersebut Freud memunculkan cara-cara seseorang menyelesaikan hal tersebut, yaitu mekanisme pertahanan diri.

Maka bila kita simpulkan dari teori freud, Abnormalitas tersebut merupakan sebuah perilaku yang muncul dikarenakan diantara Id lebih besar dibandingkan superego atau terjadinya kegagalan pada ego untuk mencapai sebuah keputusan dalam melakukan sesuatu yang menghasilkan mekanisme pertahanan diri.



Selain struktur kepribadian dan mekanisme pertahanan diri, yang dikemukakan adalah mengenai psikoseksual, dimana seorang individu selalu melalui tahap perkembangannya pada masa kecil, yaitu dimulai dari tahapan oral, anal, phalic, latent, dan genital.

Seseorang dianggap melakukan perilaku abnormal apabila tidak sesuai dengan tahapannya. Sebagai contoh bila seseorang tidak melalui tahapan oral pada semasanya yang menyebabkan masa tersebut terbawa kemasa dewasanya.


Perspektif Behavioristik :

Dari perspektif ini terdapat teori-teori besar, yaitu milik pavlov mengenai classical conditioning, milik skinner mengenai reinforcement dan yang terakhir adalah milik bandura mengenai observational learning.



Pada keseluruhannya seseorang tersebut belajar dari lingkungannya, maka bisa kita katakan bahwa pembentuk seseorang dan juga yang paling penting pada seseorang adalah lingkungan. Perilaku, sifat, kepribadian, dan hal-hal lain yang ada dalam diri seseorang terbentuk dari lingkungan.

Perilaku seseorang dapat dianggap abnormal apabila secara kualitatif maupun kuantitas tersebut tidak sesuai dengan lingkungan yang sedang dihidupi oleh orang tersebut.

Perspektif Humanistik :

Dari perspektif ini teori yang paling besar adalah teori milik Maslow.



Maslow ini membuat teori mengenai hierarki kebutuhan. Pada teori ini dikatakan bahwa manusia itu harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dari yang paling rendah untuk dapat mencapai ke kebutuhan selanjutnya. Kebutuhan tersebut dari paling bawah hingga paling tinggi adalah Kebutuhan Fisiologis, Rasa Aman, Kasih Sayang, Penghargaan, dan Aktualisasi Diri. Bila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi maka seseorang akan mencoba melakukan apapun untuk memenuhinya. 

Perilaku abnormal tersebut dapat muncul bila kebutuhan belum terselesaikan tetapi sudah mulai memenuhi kebutuhan berikutnya bila kita lihat menurut teori hierarki kebutuhan, selain itu perilaku abnormal jugalah sesuatu yang menghambat munculnya aktualisasi diri.


Perspektif Kognitif :



Kognitif secara besarnya berarti kemampuan seseorang untuk befikir berdasarkan penalaran untuk memecahkan sesuatu masalah. Pada befikir orang-orang tersebut melalui sebuah proses, yaitu dimulai dari sensasi, kemudian persepsi, dan hasil dari persepsi tersebut masuk kedalam memori kita. Jadi keseluruhan kognitif ini mengarah ke bagaimana seseorang dari awal dia menerima sesuatu hingga dia memaknai hal yang dia dapatkan.

Perilaku abnormal ini dapat muncul menurut teoritis pada kognitif dikarenakan terjadinya distorsi ataupun kebibungan pada pikiran seorang individu yang menyebabkan salahnya interpretasi dan juga respon yang tidak tepat pada hal yang didapatkan.


Daftar Pustaka :

1. Halgin, Richard P. dan Whitbourne, Susan Krauss. 2010. Abnormal Psychology: Clinical Perspectives on Psychological Disorders 6th Edition. New York: McGraw-Hill

2. Supratiknya, A. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius

Minggu, 11 Oktober 2020

Normal dan Abnormal

 


Dalam kehidupan kita pasti pernah melakukan ataupun melihat sebuah perilaku yang tidak biasa dilakukan oleh orang-orang dekat yang kita kenali. Perilaku tersebut dapat mengarah lebih ke hal yang baik maupun lebih ke hal yang buruk. Untuk memahami secara mendalam berikut merupakan beberapa pengertian tokoh dan juga beberapa pendekatan mengenai untuk mengetahui apabila perilaku yang dilakukan oleh seorang individu merupakan sebuah perilaku normal ataupun perilaku abnormal.

Normal dan Abnormal

Menurut Kartini Kartono (1989) Perilaku normal merupakan perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) dan dapat diterima oleh masyarakat setempat. Sedangkan perilaku abnormal merupakan sikap hidup yang tidak sesuai dengan pola masyarakat setempat. 

Sehingga dapat disimpulkan untuk mengetahui perilaku yang dilakukan oleh seseorang maupun kita itu normal ataupun abnormal itu tergantung dengan pendapat masyarakat setempat mengenai perilaku yang kita maupun orang dekat kita lakukan. Sebagai contoh : Di Arab cara orang menyapa adalah menggesekan hidung, cium pipi, dan juga jabat tangan, mungkin hal ini merupakan sesuatu yang normal dikarenakan memang dilakukan oleh masyarakat setempat "di Arab" tetapi bila dilakukan di negara-negara Barat akan ditatapi dengan muka kaget ataupun malah dianggap sebagai sebuah pelecehan seksual untuk banyak orang.

Kriteria Normal dan Abnormal

Agar dapat mengetahui apakah perilaku tersebut normal atau abnormal? Profesor Suprapti Sumarno (1976), mengemukakan dua pendekatan yang dapat digunakan, yaitu:

1. Pendekatan secara Kuantitatif

    Pendekatan ini didasarkan pada statistik mengenai jumlah keseringan perilaku tersebut dilakukan atau tidaknya oleh masyarakat setempat. Jadi bila sebuah perilaku tersebut banyak dilakukan oleh masyarakat setempat maka bisa dikatakan bahwa perilaku tersebut bisa dianggap "normal" sedangkan bila tidak banyak dilakukan maka perilaku tersebut bisa dianggap "abnormal".

2. Pendekatan secara Kualitatif

    Pendekatan ini berdasarkan observasi empirik terhadap tipe-tipe ideal yang biasanya terikat dengan faktor sosial kultural setempat. Jadi mungkin hal tersebut bukanlah sebuah kebiasaan yang banyak dilakukan tetapi merupakan sebuah hal yang normal untuk terjadi setelah sesuatu hal terjadi ataupun dikarenakan budaya setempat yang menganggap tersebut normal. Contoh : Orang menangis bila kehilangan orang yang dianggap dekat.


Dari teori-teori diatas dapat kita simpulkan bahwa sebuah perilaku normal sendiri merupakan sebuah perilaku yang dianggap oleh banyak orang sekitar ataupun secara data kuantitatif merupakan sesuatu yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat, sedangkan perilaku abnormal merupakan sebuah perilaku yang tidak dilakukan oleh banyak orang sekitar ataupun dianggap sebagai sesuatu yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat. 

Harus kita pahami juga dari hal tersebut bahwa normal ataupun abnormal tersebut merupakan sebuah pandangan yang dimiliki oleh sebuah masyarakat setempat yang sedang ditinggali ataupun ditempati, sehingga mungkin hal tersebut merupakan hal yang normal ditempat mereka sebelumnya dan mereka sendiri belum paham mengenai keabnormalan perilaku yang dilakukannya ditempat lain. Untuk menghadapi hal tersebut hal yang terbaik dapat kita lakukan adalah menjelaskan secara baik-baik bahwa hal tersebut tidaklah normal untuk dilakukan ditempat ini dikarenakan norma ataupun budaya setempat. Janganlah kita dengan mudah menjelekkan perbedaan orang lain melainkan kita pahami mengapa orang tersebut melakukan hal tersebut dan mencoba memahami ataupun menemani mereka untuk berubah menjadi lebih baik


Referensi:

1. Kartono, Kartini. 1978. Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual. Bandung: Mandar Maju

2. Slamet, Suprapti & Markam, Sumarmo. 2003. Pengantar Psikologi Klinis. Jakarta: UI Press.

3. Wikipedia contributors, Normality (behavior) [internet]. Wikipedia, The Free Encyclopedia; 2020 Aug 2, 09:17 UTC [cited 2020 Oct 10]. Available from: https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Normality_(behavior)&oldid=970776656.

4. Wikipedia contributors, Abnormality (behavior) [internet]. Wikipedia, The Free Encyclopedia; 2020 Jul 26, 20:18 UTC [cited 2020 Oct 10]. Available from: https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=Abnormality_(behavior)&oldid=969675696.


 

Minggu, 04 Oktober 2020

Adjustment di Psikologi



Apa sih Adjustment itu sendiri?

Adjustment atau bila di translate ke bahasa Indonesianya berarti pengaturan, penyetelan, penyesuaian diri, pencocokan, alat penyetel, kebetahan, dan juga penyesuaian. Berbeda dengan adaptation yang mengubah secara penuh atau besar, Adjustment hanya menyesuaikan secara ringan atau kecil agar sesuai dengan yang kita inginkan atau biasa.


Adjustment pada Psikologi

Adjustment dalam Psikologi tidaklah terlalu beda dari umumnya, tetapi lebih terarah kepada bagaimana manusia mencoba menyesuaikan kehidupan mereka terhadap konflik-konflik kebutuhan atau kebutuhan yang diakibatkan oleh lingkungan. Kebutuhan tersebut bisa dalam bentuk apapun baik mental, fisik maupun sosial. Para psikolog memandang Adjustment dalam 2 sisi, yaitu sebagai sebuah pencapaian dan di sisi lain adalah sebagai proses. Munculnya Adjustment sendiri dibutuhkannya beberapa hal, seperti adanya kebutuhan, sebuah penghalang atau kekurangan untuk kebutuhan tersebut, berbagai macam bentuk gerakan atau penyelidikan yang diikuti dengan sebuah pemikiran jelas, lalu sebuah reaksi yang mengurangi atau mengosongkan dorongan dan menyelesaikan Adjustment terse

Secara menyeluruh terdapat elemen-elemen tertentu yang dibutuhkan untuk menentukan penyesuaian yang sehat pada seseorang. Hal tersebut adalah:

1. Kedewasaan emosi

2. Kepuasan pada kebutuhan

3. Tidak adanya rintangan pada penyampaian kebutuhan

4. Motivasi yang kuat untuk memenuhi kebutuhan

5. Suasana yang geografis dan sesuai untuk memenuhi kebutuhan


Pencapaian Adjustment yang diinginkanpun tentunya tidaklah mudah dan berbeda-beda setiap orang. Menurut Joshi dan Pandey dalam penelitiannya perbedaan pada individu-individu tersebut muncul dikarenakan jenis kelamin, relasi sosial, pemikiran akan diri sendiri, moral dan agama, keluarga, kejuruan dan pendidikan masa depan, kesehatan dan perkembangan fisik, keuangan, rekreasi atau hiburan, kurikulum dan cara pengajaran, dan yang terakhir adalah kehidupan dilingkungan pembelajaran.


Konsep Adjustment

Didalam Adjustment terdapat konsep-konsep yang tergantung pada pengaplikasian Adjustment tersebut. Salah satunya adalah personal Adjustment. Personal Adjustment merupakan suatu proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai antara diri dengan lingkungannya. Personal Adjustment juga merupakan salah satu persyaratan penting bagi terciptanya kesehatan jiwa dan mental individu.

Menurut Weiten dan Llyod, terdapat tiga aspek dalam personal Adjustment, yaitu:

1. Stress and coping stress. Stress sendiri merupakan sesuatu yang membahayakan kesehatan seorang individu yang muncul dikarenakan sebuah stimulus. Maka ketika telah dikenali munculnya hal tersebut, individu akan menilai stimulus tersebut. Setelah selesai melakukan penilaian individu akan mulai melakukan proses coping. Coping tersebut merupakan sebuah upaya untuk memanajemen ketidakseimbangan antara keinginan dari lingkungan terhadap resource yang dimiliki.

2. Interpersonal realm, merupakan salah satu aspek personal adjustment dimana seseorang dalam proses penyesuaian dirinya berusaha untuk membangun hubungan sosial dengan lingkungan sekitar. Interpesonal realm mengacu pada hubungan yang dimiliki individu dengan individu yang lain.

3. Development transition, merupakan perubahan yang terjadi selama seorang individu melakukan proses penyesuaian diri dengan lingkungan. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada beberapa hal, diantaranya adalah perubahan dalam peran gender dan perilaku, transisi dalam dunia pekerjaan dan perubahan dalam kehidupan seksual.

Personal adjustment sendiri memiliki dua jenis yang berbeda, menurut Schneiders (2008), yaitu:

1. Personal adjustment pribadi, bentuk personal adjustment yang diarahkan ke diri sendiri.

2. Personal adjustment sosial, bentuk personal adjustment yang diarahkan terhadap lingkungan yang ada disekitar.


Maladjustment

Kegagalan dalam bereaksi secara sukses dan memuaskan terhadap konflik-konflik yang dirasakan dikarenakan kebutuhan tersebut dinamakan malAdjustment. Maladjustment ini dapat terjadi dikarenakan diri sendiri maupun lingkungan orang tersebut. Kegagalan dalam melakukan Adjustment ini tentu dapat menimbulkan dampak-dampak negatif dalam melaksanakan keseharian, seperti stress, menurunnya kinerja, munculnya pemikiran yang buruk, dan tingkat motivasi yang rendah dalam melakukan sesuatu.


Conclusion

Secara konklusi Adjustment pada psikologi pada intinya adalah sebuah penyesuaian yang dilakukan oleh individu untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang ada disekitarnya agar dapat menjalani kehidupan yang normal tanpa terbebani secara fisik, mental, maupun sosial. Tujuan utama dari dilakukannya Adjustment oleh individu untuk menyelesaikan sebuah konflik-konflik kebutuhan yang ringan dan tidak terlalu besar. Adjustment tersebut bisa mengarah ke bagaimana seorang individu melaksanakan kegiatannya sehari-hari ataupun pemikiran yang lebih terarah pada hal yang memotivasi.


Referensi:

1. Sharma, Suraj (2016). “Adjustment: Process, Acheivement, Characteristics, Measurement and Dimensions”. International Journal of Academic Research Vol.3, Issue-1(2), 42-45.

2. Pomerantz, Andrew M. 2011. Clinical Psychology Science, Practice, and Culture 2nd Edition. Singapore: SAGE Publication.       

3. Schneider, A.A. 2008. Personal Adjustment and Mental Health. New York: Holtt

4. Weiten, W. dan Lloyd, M.A. 2006. Psychology Applied Modern Life: Adjustment In The 21 st Century. California: Thomson Higher Education.

5. Wikipedia contributors. MalAdjustment [Internet]. Wikipedia, The Free Encyclopedia; 2020 May 5, 08:49 UTC [cited 2020 Oct 5]. Available from: https://en.wikipedia.org/w/index.php?title=MalAdjustment&oldid=954978631

Bedah Film "Still Alice" untuk psikopatologi lansia

Sinopsis Film "Still Alice"